Jumat, 16 Maret 2018

Analisis Regresi hal 31,32,33

Nama:Dhea Sabha Fasya
NIM  : 201532050
Tugas: Analisis Regresi sesi 01 hal 31,32,33


1. Presentase penyerapan zat gizi dari tiga jenis makanan sebagai berikut (data fiktif)
    Buktikan bahwa ada perbedaan presentasi penyerapan zat besi pada ketiga jenis makanan tersebut





2. Berikut adalah catatan berat lahir bayi dari empat institusi pelayanan kesehatan ibu dan anak (data fiktif). Buktikan adanya perbedaan berat bayi lahir di keempat institusi tersebut.

3. Sebanyak 33 pasien berusia 55-64 tahun yang menderita luka bakar, sejumlah 11 orang meninggal dalam waktu 7 hari, 11 orang meninggal dalam 14 hari, dan 11 orang sembuh. Data berikut dapat digunakan untuk mempelajari besaran presentasi luka bakar dan akibatnya.

Hasilnya adalah :

SSB = 6692,42          SSW= 4165,6363


Sabtu, 10 Maret 2018

Analisis Regresi sesi 01

Nama  : Dhea Sabha Fasya
NIM    : 2015-32-050
Tugas  : Analisis Regresi (sesi 01) hal 7, 13-15

1. Buatlah hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif masing-masing 2 buah dan diskusikan dengan orang yang dapat memberi masukan untuk perbaikan.
Jawaban:
a.      Hipotesis Deskriptif
Hipotesis Deskriptif adalah dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori. Hipotesis deskriptif ini merupakan salah satu dari macam macam hipotesis.
Contoh :
A.    Seorang mahasiwa mengamati di salah satu kampus swasta ataupun negeri 3 dari 5 Mahasiswi memakai flatshoes kekampus.
Rumusan masalah     : Apakah Mahasiswi suka memakai flatshoes ke kampus?
Ha                               : Mahasiswi suka memakai flatshoes ke kampus
Ho                               : Mahasiwi tidak suka memakai flatshoes ke kampus

B.     Para remaja sekarang lebih memilih makanan yang mengandung kada lemak tinggi.
Rumusan masalah     : Apakah Para Remaja suka memilih makanan yang mengandung kadar lemak tinggi?
Ha                               : Para Remaja suka memilih makanan yang mengandung kadar lemak tinggi.
Ho                               : Para Remaja tidak suka memilih makanan yang mengandung kadar lemak tinggi.

b.      Hipotesis Komparatif
Hipotesis Komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan nilai dua sampel atau lebih. Hipotesis komparatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis.
Contoh :
A.    Apakah ada perbedaaan naiknya pasien gizi sebelum dan sesudah ada berita gizi buruk?
Ho       : Tidak terdapat perbedaan naiknya pasien gizi sebelum dan sesudah ada berita gizi buruk
Ha       : Terdapat berbedaan naiknya pasien gizi sebelum dan sesudah ada berita gizi buruk

B.     Apakah ada perbedaan antara ruang kelas vip dan ekonomi yang terdapat di rumah sakit?
Ho       : Tidak terdapat ada perbedaan antara ruang kelas vip dan ekonomi yang terdapat di rumah sakit.
Ha       : Terdapat ada perbedaan antara ruang kelas vip dan ekonomi yang terdapat di rumah sakit.

c.       Hipotesis Asosiatif
Hipotesis Asosiatif adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis asosiatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis.
Contoh :
A.    Adakah hubungan antara berat badan remaja dengan kebiasaan makan setiap hari?
Ho       : Tidak terdapat hubungan antara berat badan remaja dengan kebiasaan makan setiap hari.
Ha       : Terdapat hubungan antara berat badan remaja dengan kebiasaan makan setiap hari.

B.     Adakah hubungan antara turunnya nilai IPK mahasiswa dengan lamanya skripsi yang ia kerjakan?
Ho       : Tidak ada hubungan antara turunnya nilai IPK mahasiswa dengan lamanya skripsi yang ia kerjakan.
Ha       : Ada hubungan antara turunnya nilai IPK mahasiswa dengan lamanya skripsi yang ia kerjakan.

2. Dibawah ini adalah berat badan bayi laki-laki usia 5 bulan (X1), dan pada usia 11 bulan (X2) (data fiktif). Hitung rata-rata, variance, standard deviasi dan lakukan uji t dependen sampel.
Jawaban:


3. Data kadar trigliserida pria dewasa gemuk dan normal yang di ukur dengan indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut (data fiktif).
a.         Hitung nilai rata-rata
b.         Hitung variance
c.         Hitung standard deviasi dan
d.         Lakukan uji t-independen sampel

Jawaban :
a.    Rata-rata                           = 62,9
b.    Variance                            = 312,9889
c.    Standart deviasi                 = 5,59
d.   Uji t dependen sampel       = 11,25
e.    Uji t independen sampel    = (+75,54) dan (-50,25)

4. Nilai rata-rata IQ dari 26 siswa SMP X adalah 107 dengan standar deviasi 9, sedangkan di SMP Y dari 30 siswa rata-rata IQ nya adalah 112 dengan standar deviasi 8. Dapatkah kita menyatakan bahwa ada perbedaan secara bermakna nilai rata-rata IQ siswa di kedua sekolah?
Jawaban:
Subjek
X
N
S
SMP X
107
26
9
SMP Y
112
30
8

Hipotesa:
Ho = Tidak ada perbedaan nilai rata-rata IQ siswa SMP X dan siswa SMP Y
Ha = Ada perbedaan nilai rata-rata IQ siswa SMP X dan siswa SMP Y

5.  Kita ingin membuktikan perbedaan kadar glukosa darah mahasiswa sebelum dan sesudah sarapan pagi. Datanya sebagai berikut :

Jawaban:
6. Hasil penelitian tentang peran senam ‘low impact’ pada remaja putri usia 18-21 tahun terhadap penurunan persen lemak tubuh disajikan dalam tabel dibawah ini (data fiktif). Dapatkah kita menyatakan bahwa senam ‘low impact’ tidak berpengaruh terhadap persen lemak tubuh.
Jawaban:


Rabu, 05 Oktober 2016

Pengantar Epidemiologi

Dhea Sabha Fasya
2015-32-050
Tugas Pengantar Epidemiologi sesi 03


DATA TENTANG PERUBAHAN POLA PENYAKIT DAN KEMATIAN DI INDONESIA

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030. Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang dan disability (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.
Pola kejadian penyakit saat ini sudah mengalami perubahan yang ditandai dengan transisi Epidemiologi. Secara garis besar transisi Epidemiologi adalah perubahan pola penyakit dan kematian yang semula di dominasi oleh penyakit infeksi beralih ke penyakit non- infeksi/ penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit sangat di pengaruhi oleh keadaan demografi (pendididkan, umur, jenis kelamin ), sosial ekonomi (pendapatan pendududk), sosial budaya (adat istiadat).
Menurut anies (2006) penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak bisa dapat di sebarkan dari seseorang terhadap orang lain secara langsung, sebagian muncul ketika lahir, sedangkan lainnya disebabkan oleh gaya hidup dan lingkungan, diantaranya adalah asma, talasemia, autis, penyakit jantung, diabetes melitus, stroke , kanker (profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tahun 2006).
1.      PEMBAHASAN
·         Data Kesehatan
Masalah kesehatan yang ada di dunia ini dapat diketahui dengan pengumpulan data–data kesehatan. Data kesehatan adalah data yang menyangkut semua aspek kesehatan, seperti distribusi usia dan kepadatan penduduk; keadaan sosial ekonomi masyarakat; kualitas perumahan; keadaan kebersihan dan sanitasi; angka kesakitan, kematian, dan kelahiran; sarana dan prasarana yang tersedia di suatu daerah; kualitas dan kuantitas personil kesehatan; serta dana yang tersedia bagi kegiatan kesehatan masyarakat.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun (lihat grafik gambar 1). Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut dan tak akan tahu akan sampai kaoan fenomena ini bisa berhenti.
Gambar 1 : Distribusi penyebab kematian menurut kelompok penyakit di Indonesia, SKRT 1995, SKRT 2001, Riskesdas 2007
Sumber : Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa selama tahun 1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5%, sedangkan gangguan maternal/perinatal dan kasus cedera relatif stabil.
Menurut profil PTM WHO tahun 2011, di Indonesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM5.
Saat ini di Indonesia, data morbiditas penyakit dari fasilitas kesehatan dikumpulkan dari puskesmas dan rumah sakit. Karena penegakan diagnosis PTM di rumah sakit relatif lebih valid, maka analisis PTM dilakukan terhadap data rumah sakit.
Data analisis diperoleh dari laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) edisi 2010 dan 2011 (data 2009 dan data 2010) yaitu RL2B (Rawat Jalan) dan RL2A (Rawat Inap), yang merupakan laporan rumah sakit langsung ke Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Data tahun 2009-2010 diperoleh dari publikasi data mentah SIRS edisi 2010-2011.
Pelaporan RL2A (rawat inap) pada tahun 2009-2010 masih rendah yaitu secara nasional hanya 29,2% pada tahun 2009, kemudian turun menjadi 24,63% pada tahun 2010 rumah Sakit yang mengirim laporan. Begitu juga halnya dengan laporan RL2B (rawat jalan) laporannya dari tahun 2009-2010 masih rendah yaitu 28,37% pada tahun 2009, turun menjadi 26,29% pada tahun 2010 rumah Sakit yang mengirim laporan.
Berdasarkan provinsi, tahun 2009, provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A adalah Provinsi Gorontalo dan RL2B adalah Provinsi Gorontalo dan Papua. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Papua, Sulawesi Selatan dan Bengkulu sedangkan jumlah rumah sakit yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Bengkulu dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan Sulawesi Barat, sedangkan untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan DKI Jakarta. Sedangkan untuk tahun 2010, provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A yaitu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat sedangkan rumah sakit yang tidak melapor RL2B adalah Provinsi Papua Barat. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Maluku Utara, Banten dan Papua sedangkan jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor RL2B adalah Provinsi Papua, Banten dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan di Indonesia, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 3: Persentase Rawat Jalan Kasus Baru Penyakit Tidak Menular Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 – 2010
Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Gambar dibawah ini menggambarkan tingkat kefatalan menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR)untuk PTM prioritas yang dikendalikan program-program pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dari tahun 2009-2010. Tampak pada tahun 2009, Strok merupakan penyakit dengan CFR tertinggi (12,68%) diikuti oleh penyakit Jantung (9,17%), sedangkan tahun 2010 Strok dan penyakit Jantung menempati urutan teratas (8,7%). CFR yang meningkat adalah Asma, Hipertensi dan Kanker. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung, Diabetes Melitus persentasenya menurun dari tahun 2009-2010 yang lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4 : Tingkat Kefatalan (CFR) Penyakit Tidak Menular Prioritas Pada Rawat Inap Rumah Sakit Tahun 2009-2010
Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2010-2011
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang bersifat tidak menular, kronis (menahun), timbul karena semakin menurunnya (kemunduran) kondisi dan fungsi organ tubuh seiring dengan proses penuaan. Ada sekitar 50 penyakit degeneratif, antara lain: penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi, jantung, stroke), endokrin (diabetes mellitus, thyroid, kekurangan nutrisi, hiperkolesterol), neoplasma (tumor jinak, tumor ganas), osteophorosis, gangguan pencernaan (konstipasi, wasir, kanker usus), dan kegemukan.


Gambar 5. Presentasi Kematian Penyakit Degeneratif ≥ 15 Tahun Berdasarkan Penyakit ENMD, DCS, dan Non (ENMD+DCS)

Kematian penyakit degeneratif DCS terbanyak pada usia ≥ 55 tahun.Memasuki usia 30 tahun, pembuluh darah manusia secara perlahan tapi pasti mulai kehilangan daya elastisitasnya. Kondisi ini akan terus berlanjut hingga usia rata-rata manusia setinggi 80 tahun. Proses penuaan pembuluh darah sendiri terjadi pada usia 40–50 tahun. (Setianto, B, 2007). Faktor usia memengaruhi kemunduran fungsi tubuh termasuk kekakuan pembuluh darah (mengkerut dan menua).
Gambar 6. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD dan DCS individu usia ≥ 15 tahun, menurut umur saat meninggal

Perempuan lebih banyak terdapat pada kematian penyakit degeneratif ENMD dan DCSUsia 40–60 tahun merupakan masa krisis bagi perempuan. Pada usia ini perempuan biasanya sedang mencapai puncak karir, dan justru pada masa tersebut mereka akan mengalami menopause (usia 45–55 tahun). Kondisi menopouse dapat menurunkan produksi hormon wanita (estrogen dan progesteron). Dengan penurunannya, maka distribusi lemak tubuh mulai terganggu. Penimbunan lemak yang tidak terdistribusi dengan baik akan memengaruhi metabolisme tubuh. Bila proses ini diikuti dengan pola makan, gaya hidup, dan aktivitas tidak sehat secara berkepanjangan, maka setelah usia 60 tahun individu akan rentan terhadap serangan penyakit degeneratif.
Gambar 7. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD dan DCS individu usia ≥ 15 tahun, menurut jenis kelamin

Tipe daerah pada kematian penyakit degeneratif ENMD dan DCS banyak terdapat di perkotaan, karena kota merupakan daerah urban dengan berbagai permasalahannya. Faktor penting terjadi banyaknya kematian penyakit degeneratif di perkotaan sangat ditunjang dengan kebiasaan pola makan, gaya hidup, pola gerak yang salah serta faktor stres psiko-sosial yang cukup tinggi.
Gambar 8. Persentase penyebab kematian penyakit ENMD dan DCS individu usia ≥ 15 tahun, menurut tipe daerah